Budaya Kesenian Jepara

Ayo uji pengetahuan mu tentang Kebudayaan Keseninan di Jepara

Apakah kamu sudah membaca materi di bawah? jika sudah mari uji pengetahuan mu sekarang

gambar vetor belanja

Bagaimana Sudah Mengenal Materi Tentang Budaya Kesenian Jepara?

Jika sudah, kami disini bekerja sama dengan salah satu UMKM di Jepara yang menjual salah satu produk yaitu Tenun Troso.

Seni Ukir

Jepara, dikenal sebagai Kota Ukir Dunia, memiliki seni ukir khas yang terkenal di seluruh dunia. Sejak meningkatkan citranya sebagai "The World Carving Center," produk-produk ukiran Jepara meraih ketenaran global. Pada masa Kerajaan Kalinyamat, Tjie Hwio Gwan, atau Patih Sungging Badar Duwung, memainkan peran kunci dalam perkembangan seni ukir. Ia mengajarkan keahlian ukir kepada penduduk Jepara, menciptakan tradisi seni ukir yang berlanjut hingga saat ini.

Sejarah seni ukir Jepara dimulai pada masa Ratu Kalinyamat, khususnya pada tahun 1549, ketika Ratu membangun Masjid Mantingan dan meminta Sungging Badar Duwung untuk menghiasi bangunan itu dengan ukiran. Artefak peninggalan zaman itu masih dapat dilihat di Masjid dan Makam Sultan Hadlirin. Sejak itu, seni ukir Jepara terus berkembang, mencapai puncaknya sebagai salah satu seni ukir terkemuka di dunia.

Tenun Troso

Tenun Troso Jepara merupakan salah satu kerajinan dari Kabupaten Jepara. Tepatnya, berasal dari desa Troso yang terletak di kecamatan Pecangaan. Seperti namanya, kain tenun Jepara memang awalnya dibuat oleh masyarakat desa yang terletak 15 KM dari kota Jepara ini. Namun kini, kain Jepara tidak hanya dihasilkan oleh desa Troso namun juga mulai merambah desa sekitar. Cara pembuatan kain tenun yang mereka gunakan sebagian besar masih tradisional.

Sebagai salah satu warisan budaya, tenun Troso Jepara tetap dijaga eksistensinya. Terlihat dengan adanya produksi tenun yang terus berlangsung hingga saat ini di daerah Troso. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1935, tenun Troso terus dipertahankan dari generasi ke generasi. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, pembuatan tenun Troso Jepara mengalami beberapa perkembangan terutama pada motif yang digunakan. Meskipun demikian, tenun Troso Jepara masih mempertahankan keaslian proses tradisionalnya. Hal yang membuat kain tenun ini tetap eksis bersama kain-kain tenun dari daerah lainnya seperti tenun rangrang Nusa Penida dan Tapis Lampung. Di antara daerah penghasil kerajinan tenun di Indonesia, kain ikat dari pusat tenun Troso Jepara dikenal dengan harga yang lebih murah. Karena itu, kain tenun dari troso Jepara tersebar luar di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan lebih dikenal dari tenun asli daerah tersebut. Penyebabnya antara lain, bahan baku yang lebih murah di Pulau Jawa, efektivitas pengerjaan, sampai inovasi pemakaian alat tenun bukan mesin.

Tari Kridah Jati

Tari Kridah Jati merupakan ekspresi seni yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jepara, terutama para pengrajin ukir yang menjadikan kegiatan mengukir sebagai mata pencaharian utama. Meskipun diciptakan pada tahun 1996, tari Kridha Jati tidak langsung meraih popularitas di kalangan masyarakat Jepara. Tidak semua warga mengenalnya, dan tantangan lain muncul dalam menarik minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan tarian ini. Oleh karena itu, sebuah penelitian dilakukan untuk mengungkap Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara.

Hasil penelitian menyoroti berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak sanggar, termasuk kerjasama dengan Pemerintah Daerah (PEMDA) Jepara, Dinas Pariwisata Jepara, dan sekolah tempat Endang Murtining Rahayu mengajar ekstrakurikuler. Kerjasama ini menjadi kunci dalam mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati. Penelitian juga mengulas ragam gerak, iringan, serta aspek pertunjukan seperti tata rias dan tata busana tari Kridha Jati. Selain itu, tari ini memiliki eksistensi sebagai tarian khas kota Jepara, sering kali menjadi bagian dari acara-acara penting yang diselenggarakan oleh PEMDA dan Dinas Pariwisata, berfungsi sebagai bentuk penyambutan tamu. Dengan demikian, upaya mempertahankan tarian ini tidak hanya terfokus pada aspek seni, tetapi juga melibatkan kerjasama lintas sektor untuk mendukung dan melestarikan warisan budaya ini.